Slider

MGMP NEWS

Agenda Bulanan

Kolom PTK

Kolom Buletin

Pojok Guru

POJOK SISWA

Kolom Opini

Download

KORWIL

Dokumentasi

» » » » Memaknai Peran Alumni; Kualitas dan Kuantitas

Predikat alumnus memang merupakan kebanggaan tersendiri yang disandang bagi sebagian santri yang telah menamatkan pendidikannya khususnya di sebuah pesantren. Bagaimana tidak, perjuangan untuk bisa memperoleh dan menyandang gelar tersebut cukup melelahkan, di samping harus banyak yang dikorbankan bak fisik maupun materil. Juga penuh liku-liku hidup yang terkadang tak terlepas dari benturan-benturan kerikil tajam yang dihadapi dalam proses pencapaiannya,

Dari mulai memasuki komunitas A'dho, Mudabbir, hingga Nihai, yang pada akhirnya sampai pula kepada komunitas Alumnus. Seperti yang baru saja digelar hajat tahunan Pondok Pesantren Daar Et-Taqwa kemarin.

Petanyaannya sekarang, bagaimana dan dengan apa mempertahankan kebanggaan itu? Dengan apa dan cara seperti bagaimana kita memainkan peran Alumnus? Dan seberapa besar dedikasi dan loyalitas yang telah, tengah dan akan diabadikan kepada alamamter? [Ustad. Endang Dq]

Apa yang disampaikan oleh beliau di atas, sangat betul adanya. Jumlah alumni yang setiap tahun terus bertambah kian banyak namun tidak berbanding lurus dengan peran dan eksistensinya.

Hal ini sangat miris, dan perlu dibenahi, sehingga wajar jika ada spekulasi yang bermacam-macam di kalangan alumni yang lain. Bahkan, hal ini menjadi wacana hangat bagi setiap alumni untuk diperbincangkan [bukankah begitu?...]

Spekulasi yang kini beredar itu wajar, karena setelah menunggu beberapa tahun tetap tidak ada perubahan. Tak ada gerakan atau pun respon yang seharusnya dari jauh-jauh hari telah dilakukan.

Apakah refleksi yang dilakukan harus membutuhkan waktu yang selama ini?? atau karena faktor kesibukan, sehingga tak ada yang mau mengurus.  Jika benar adanya sepert itu, maka harus dari sekarang mengambil inisiatif tindakan yang bertujuan untuk menyelamatkan "stagnanisasi" yang berkepanjangan.

Dari tahun ke tahun tak ada perubahan, tak ada kemajuan, stagnan, dan seolah berada di "zona nyaman". Jika hal ini dibiarkan maka akan semakin bertambah parah, bak luka yang tak pernah diobati dan terus dibiarkan maka luka tersebut lama kelamaan akan membusuk, akhirnya luka tersebut tak dapat disembuhkan.

Akibatnya menjadi sangat fatal dan beresiko sangat besar untuk kelangsungan masa depannya nanti. Yuk.. sama-sama kita benahi dan kita bangkit lagi... "kalau bukan kita, ya siapa lagi yang mau peduli..??".

Tak perlu saling menyalahkan dan saling menudiang ini kesalahan siapa. Saat ini yang harus dilakukan adalah " Bagaimana kita bisa mengambil pelajaran dari semua ini untuk menjadi lebih baik lagi, serta tidak mengulanginya dikemudian hari..." Kita bisa mulai dari awal, dari titik nol lagi, atau hanya merevitalisasi apa yang telah ada dan lebih dikembangkan. [Ah/]

Sumber : http://alumnidartaq.blogspot.com/


«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar: